Perkenalkan Melayu Dumai dalam Perjalanan Melaka, Pahang dan Patani Thailand, Bagian Kedua

SahabatRiau
0

Aktifitas di Pahang tepatnya di Universitas UCYP di Bandar Utama negeri Pahang yakni Kuantan. Ketika memperkenalkan bahwa Institut Agama Islam Tafaqquh Fiddin berada di Kota Dumai, banyak pertanyaan pertanyaan tentang dimana kota Dumai, bagaimana masyarakat dan kebudayaannya. Saat itulah kita menjelaskan bahwa prihal kota Dumai yang berada dipinggang bagian timur sumatera yang berbatadan dengan selat Melaka dan sangat berhampiran dengan Bandar Melaka. 

Merupakan bagian dari provinsi Riau dengan Melayu dan Islam sebagai budaya dan agama mayoritas masyarakatnya. Memahami hal tersebut terjadi ketertarikan bagi para ilmuan disana terutama para pensyarah untuk lebih mengetahui prihal kota Dumai. 

Sebagai kota Kedua terbesar di Riau sangat miris dirasakan, Dumai kurang dikenal dalam kancah peradaban dan kebudayaan. Dumai bak sebuah kawasan yang hanya tempat bermukim sementara bagi para pendatang. Sehingga tidak terlalu dipenting untuk dikenal eksistensi sejarah dan ketamaddunannya. Meskipun baru berusia 24 tahun diitiraf sebagai kawasan Kota yang dikeluarkan dari Kabupaten Bengkalis pada tahun 2000. Namun eksistensi Dumai telah ada jauh sebelum tahun 1884 sebagaimana catatan J.A. van Rijn van Alkemade, yang menurunkan artikel pada tahun 1884 itu dengan judul Catatan perjalanan dari Bengkalis ke Rantau Binuang. Dimana dalam catatan itu telah menyebutkan nama Doemai, Poeak dan Binjai. Catatan Alkemade juga dengan jelas mengisahkan tentang penghulu Dumai yang masih tersambung dengan silsilah Bukit Batu serta aktifitas nelayan yang ada disepanjang laut yang berbatas dengan pulau Rupat serta komunitas Masyarkat Asli yang mendiami kawasan ini. Bahkan ada pula yang mengatakan bahwa Dumai dan Rupat adalah dua kawasan yang sukar untuk dipisahkan. Jika benar demikian, maka kawasan Dumai sudah ada jauh sebelum abad ke 16, hal ini dirujuk dari Suma Oriental yang ditulis oleh Tome Pires pada tahun 1512-1515 yang menyebutkan tentang adanya kekuasan di Rupat.

Sepanjang perjalanan muhibbah peradaban Melayu Nusantara ini, sebagaimana telah dituturkan pada  baca bagian 1, pemikiran diatas terus menganggu fikaran. Paling tidak Dumai pasti tidak sama dengan Bandar Baru Bangi, Nilai atau kawasan lainnya yang baru di buka pada masa-masa modren ini, namun sayangnya Dumai hingga saat ini belum banyak dikenali meskipun konstribusinya secara nasional sebagai kawasan induatri dan pelabuhan tidak dapat dipungkiri.

Ditulis Oleh : Muhammad Rizal Akbar 
Bagian 2

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)