Moderasi Kedai Kopi

SahabatRiau
0



SAHABATRIAU, Moderasi merupakan istilah yang menjadi penting bilamana kini setiap orang sibuk dengan mendefenisikan  siapa kita, dan mereka. Moderasi adalah tetang kebersamaan, berkongsi hidup dengan filosofi "bhineka tunggal ika". 

Pengamalan agama selalu membuat garis tegas pembatasan diantara kita dan mereka. Namun Islam mengajarkan whasyatiah (moderasi), sebagai model dalam membangun kebersamaan itu. Terdapat batasan-batas tegas disisi ibadah, namu  longgar disisi muamalah. Sehingga rahmatan lil'alamin dapat diraih. 

Kedai kopi selalu menjadi saksi atas banyak pristiwa, terutama politik, agama dan kemasyarakatan, bahkan banyak hal diperbincangkan disana. kolaborasi etnis dalam pelayanan kedai kopi adalah konsep unik yang hadir pada banyak tempat di Riau pesisir. 

Masyarakat tempatan Muslim biasanya tidak keberatan untuk nongkrong dan ngopi di Kedai kopi etnis Tionghua non Muslim. Meskipun hal itu menjadi tabu bagi mayarakat Muslim di kawasan lainnya. Kedai Kopi "Yokjakarta" milik etnis Tenghua yang berada di tengah-tengah kota Bengkalis misalnya , selalu menjadi tempat nongkrong bagi jemaah setelah selesai melaksanakan sholat subuh. Sudah pemandangan biasa, ada yang masih mengenakan  jubah, kopiah haji atau sorban, ngopi dan nongkrong di kedai kopi tersebut sampai menjelang pagi.

Sang pemilik kedai Kopi memahami fenomena itu sehingga dia tidak memerankan pelayan dan pembuat makanan  kecuali kepada orang pribumi yang Muslim dengan mempekerjakannya, atau konsinyasi. Model kolaborasi ini bukan saja penyatuan dalam semangat ekonomi namun mampu pula menciptakan harmonisasi kehidupan bermasyarakat. Moderasi ala kedai kopi ini merupakan kearifan lokal yang sudah berjalan lama dan mampu menciptakan kerukunan dan keharmonisan ditengah masyarakat yang heterogen. 

Ditulis oleh : H. M. Rizal Akbar

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)