Ekonomi Syariah dan Melayu Serumpun, Darimana Memulainya?

SahabatRiau
0


Oleh : Dr. H. M. Rizal Akbar, M. Phil (Sekjen Perhimpun Ilmuan Pesisir Selat Melaka) 

Dalam sebuah Forum Bicara Ekonomi Syariah Melayu Serumpun yang ditaja oleh STIE, Syariah Bengkalis bersama Universiri Islam Malaysia (UIM), di Kampus STIE Syariah Jumat (29/07/22),dengan Moderator Dr Azura binti Abd Manaf Dari UIM tampil 5 orang pembentang yakni Dr. Azizul Rahman dan Moh Afiq Abdul Jali, keduanya adalah pensyarah UIM. Dr. Masyuri dan Isa  Selamat dari STIE Syariah serta Rinto, selaku ketua Bappeda Kabupaten Bengkalis.
Kelima pembentang melontarkan gagasan cemerlang seputar tema yang ditetapkan. Adapun gagasan yang dilontarkan oleh kelima pembentang adalah seputar integrasi ekonomi, e-dagang serumpun, maqasid syariah sebagai motivasi  ekonomi bagi generasi baru, citarasa serumpun serta pembentukan jaringan serta isu-isu lainnya. 

Keterbatasan waktu dan keluasan tema diskusi menyebabkan forum tidak menemukan titik temu diantara dua isu yang serius dalam ekonomi yakni, diantara pengembangan ekonomi syariah dan pengembangan ekonomi bagi kawasan rumpun Melayu. Keduanya adalah isu menarik dan sukar untuk dihuraikan. Ekonomi syariah yang diangkat sejak tahun 70an hingga kini hanya renyah dalam tataran akademik namun banyak hambatan dalam implementasinya. 

Ekonomi Melayu serumpun pula, telah pula diperbincangkan sejak munculnya Asean sekitar tahun 1967, Indonesia, Malaysia, Thailan Growth Triangle (IMT-GT) sejak tahun 1993, Singapur Johor Riau (Sijori) tahun 1994 dan bahkan hadir pula Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI), tahun 2000. Serta Perhimpunan Ilmuan Pesisir Selat Melaka (PIPSM) tahun 2019. Semuanya  mengharapkan kemajuan ekonomi kawasan, dan etno ekonomi Melayu.

Ketika forum menggabungkan kedua isu tersebut secara serentak dalam satu paket analisis, agaknya forum sedang menggandengkan dua kesukaran dalam satu paket model yang mampu meleraikan  keduanya secara serentak. Paling tidak pendekatan ekonomi harus digeser dari pandangan new klasik ekonomi kepada ekonomi institusi, meskipun kenyataan bawa preferensi pasar adalah keniscayaan, sehingga e-dagang/ e-commerce patut menjadi perhatian bersama. 

Melayu Islam adalah konsep penting yang meleraikan kekusutan diatara kedua Isu ekonomi syariah dan Melayu serumpun tersebut. Namun  soalannya adalah sejauhmana amalan islam masyarakat Melayu hari ini, dan amalan Islam yang mana pula yang sedang berkembang pesat ditengah masyarakat Melayu hari ini. Sebab kedua soalan ini tekait dengan kepatuhan syariah dan motivasi ekonomi Islam. 

Akhirnya mau tidak mau dasar pijakan dalam kondisi yang serba senggang itu harus dimulai dari pendalaman pemahaman Maqasid Syariah dan Islam Wasyatiah bagi masyarakat Melayu serumpun sehingga dengan itundiharapkan pergerakan ekonomi masyarakat Melayu serumpun makin bersemangat, kepatuhan syariah semakin terjaga dan jaringan ekonomi terbagun diatas kelenturan peradan Islam yang wasyatiah. ****

IAITF Dumai, 1 Muharam 1444 H. 


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)