Idul Fitri dan Pemimpin

SahabatRiau
0
Lagu lebaran lawas yang dirilis pada tahun 1950 oleh seorang komposer besar Indonesia Ismail Marzuki berjudul "Selamat Hari Lebaran", memuat reff yang menarik "Minal aidin walfaizin, maafkan lahir dan bathin. Selamat para pemimpin rakyatnya makmur terjamin".  Lirik ini diulang-ulang beberapa kali dalam lagu ini, tentu sangat penyair tidak meletakan narasi ini begitu saja. Apalagi lagu ini selalu hangat ditelingga menjelang lebaran tiba sampai saat ini. 

Idul Fitri dan kehadiran sang pemimpin diingatkan oleh lagu ini sebagai satu poin penting. Kenyataan ini dapat dijelaskan dari pendekatan teori Interaksionalisme simbolik. Bahwa makna sosiologis lebaran adalah puncak kebahagian dan hadirnya pemimpin adalah simbol utama kebahagiaan tersebut. 

Agama juga mengekspresikan kebahagian itu melalui hadirnya syariat Zakat Fitrah. Sebagai Instrumen distrubutif, melalui zakat fitrah dimaksudkan bahwa tidak boleh ada lagi orang yang tidak dapat merayakan idul Fitri dan bersedih hati disebabkan kondisi kemiskinan yang mendera. Keadaan ini pun seharusnya menjadi jaminan para pemimpin yang lebih tahu kondisi kerentanan ekonomi masyarakatnya, siapa dan dimana serta bagaimana mengatasinya. 

Sehingga dalam peran itulah, pemimpin harus menjamin kemakmuran rakyatnya, sebagaimana lirik lagu diatas. Sebagai sebuah momentum penting bagai masyarakat, lebaran harus menjadi tumpuan perhatian  para pemimpin disemua lefel, mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota sampailah Lurah atau Kepala Desa. 

Selain itu, para pemimpin itu seyokyanya lebur dan hadir bersama masyarakatnya dalam perayaan tersebut sebagai makna simbolik atas suka cita sebagaimana kesukaciptaan  masyarakatnya. Sebab secara struktur simbolik kehadiran pemimpin dalam sebuah perayaan adalah simbol kesempurnaan perayaan. Meskipun masyarakat dapat merayakan secara sendiri-sendiri namun kehadiran pemimpin adalah menyempurnakan. 

Penulis : Dr. H. M. Rizal Akbar

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)